Welcome to RaveWriten's writing desk

Architext, design thinker, social entrepreneur..

Sunday, March 14, 2010

Kebebasan untuk mati




Kasus-kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia lebih merupakan jawaban dari situasi indonesia yang sangat rusak, secara fisik, finansial, maupun mental. Telah terjadi penurunan moral besar-besaran di Indonesia. Semua sinetron membahas tentang dendam, dan materialistis, hukum telah terbeli oleh uang, semua hal yang mengekspos tentang seksualitas dan sadism di bahas dengan lugas. Disajikan dengan teramat vulgar dan gencar, tanpa tujuan dan misi yang jelas, cenderung terlihat untuk tujuan komersil belaka.
Dengan mudahnya seorang anak kecil dapat menonton (baca:meniru) dari berbagai berita kriminal yang terjadi di Indonesia pada pukul 12 siang di saat pulang sekolah, bahkan sampai tengah malam. Alih-alih sebagai media informasi, yang bertujuan untuk mengingatkan setiap kejahatan akan mendapat balasan, malah terkesan menunjukkan bahwa hal seperti itu sudah biasa. Bahkan dengan santainya seorang presenter berita kriminal di salah satu TV swasta dalam wawancara di majalah mengatakan “Saya sangat menikmati membawakan acara berita kriminal, karena kayaknya masyarakat saat ini sedang menyenangi berita pembunuhan…”



Apakah pers hanya semata-mata ada untuk mengejar rating saja? Apakah presenter itu tidak merasakan penderitaan yang dirasakan keluarga yang mengalami musibah? Atau memang bangsa indonesia sudah sedimikian ‘sakit’ sehingga suatu tragedi pembunuhan dikemas dalam sebuah bentuk hiburan yang dinikmati bersama seluruh keluarga dengan ditemani teh hangat dan pisang goreng?
Lepas dari segala pemicu, akhirnya harus disadari melalui pembimbingan agama, dan penataan moral, bahwa penghilangan nyawa terhadap suatu mahluk dengan cara dan alasan apapun yang dilakukan oleh mahluk lain adalah perbuatan biadab dan paling terkutuk di muka bumi ini..
Apalagi bila perbuatan itu dilakukan oleh individu yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, sebab secara konsep hanya yang memberi nyawa yang berhak untuk mengambilnya kembali. Nyawa hanyalah sebuah titipan, dan siapapun tidak punya hak untuk membuang titipan yang diberikan kepadanya dengan alasan apapun. Bunuh diri bukanlah solusi, bunuh diri hanya usaha pelarian diri dengan cara mengakhiri semua penderitaan, tekanan, dan kehampaan yang tidak bisa terselesaikan dengan bunuh diri. Setiap manusia wajib dan berhak untuk terus hidup, karena mati akan datang dengan sendirinya. Hanya orang bodoh dan pengecut yang memilih untuk bunuh diri, sebagaimana koruptor-koruptor busuk yang membunuh kepercayaan dan menggerogoti tubuh bangsanya sendiri, ataupun jutaan calon pemimpin bangsa yang membunuh masa depan mereka dengan memakai narkoba, dan melakukan seks bebas….yang kesemuanya merupakan bait-bait kecil dari sebuah puisi Akbar tentang luluh lantaknya salah satu negara kepulauan terbesar di Dunia

-ravewriten, March 2004-

(likes? copy paste here, not above it..thank you..)

No comments:

Post a Comment