Welcome to RaveWriten's writing desk

Architext, design thinker, social entrepreneur..

Sunday, March 14, 2010

BravoIndiaCharlieAlphaRomeoAlpha

Bicara tentang sejarah bicara, pada dekade 80-an mendiang Farid Hardja salah seorang penyanyi legendaris Indonesia pernah mempopulerkan lagu ‘bercinta di udara” yang terinspirasi dari fenomena radio amatir alias radio CB (citizen band) yang marak dilakukan dikalangan anak muda saat itu. Aktivitas komunikasi (baca : bicara) alam maya ini lebih dikenal dengan istilah ngebrik, yang hampir bisa dipastikan berasal dari kata break. Bersama-sama dengan kata roger, dan copy merupakan rangkaian kata baku yang digunakan dalam berinteraksi antar breaker. Lewat media inilah para pemuda pemudi sibuk ber-QSO lalu cerio dilanjutkan dengan cup ah..cup ah.. bersama PapaAlphaCharlieAlphaRomeo-nya masing-masing.


Perlengkapan ngebrik ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan Modal HT merek Icom IC-2N, yang relatif kecil sekuran setengah batu bata, tambah power supply merek matahari, kabel belden RG-58A, merupakan gadget minimum saat itu. Dengan Biaya tidak kurang dari Rp.250.000,-

Untuk stasiun yang lebih canggih tentu membutuhkan perlengakapan yang lebih lengkap dan lebih mahal pula. Tetapi the juices is worth the squeeze , karena semakin canggih berarti semakin gaul dan caem lah sang empunya di kalangan para breaker. Yang berarti semakin banyak pula kesempatan untuk mendekati way el I alias alias YL yang berarti young lady yaitu para gadis yang bisa diajak ngobrol (baca : bicara), lalu dilanjutkan ke frekuensi yang lebih sepi agar bisa ber asyik masyuk berdua saja, dan bahkan mungkin berlanjut hingga ke kopi darat.

Fenomena ini berakhir seiring dengan beranjaknya para breaker 80-an ke jenjang pernikahan, sehingga aktivitas ini pun lenyap satu persatu. Walaupun secara konseptual kegiatan ini tetap berjalan hanya mengubah kulitnya dari pancaran gelombang radio, menjadi jaringan internet. Yang marak pada tahun 90-an adalah aktivitas chatting, berupa komunikasi (baca : bicara) lewat media teks yang memiliki jangkauan yang jauh lebih luas hingga melingkupi seluruh dunia lewat internet. Yang menarik, ternyata aktivitas chatting ini mengalami penurunan dari segi kualitas interaksi. Suara yang bersifat personal digantikan dengan rangkaian huruf dan icon yang sangat umum. Sehingga bahkan tidak menutup kemungkinan interaksi ini terjadi antara nenek – nenek umur 70 dan seorang pria pengangguran setengah baya yang sedang merayu dan mengaku menjadi gadis SMA yang cantik, ataupun eksekutif muda yang tampan.

Radio BC, Internet, dan bahkan materi yang anda baca saat ini adalah komunikasi (baca : bicara), ialah sebuah proses penyuntikkan ide dari seseorang ke yang lain, materi utamanya adalah menciptakan ide untuk kemudian diisi oleh sosok-sosok identitas setiap individu yang megalaminya. Dan bukan sebaliknya, sosok-sosok itu tidak mengisi ide untuk kemudian menyuntikkan ke yang lain, tetapi ide semata-mata hadir untuk diisi. Ide adalah cangkang, sosok adalah inti. Renee Descartes bisa dipastikan telah lama menduga bahwa ada sebuah ide yang mewakili eksistensi diri sebagai inti setiap manusia. Sehingga hanya dengan secuil ide dari sebuah identitas, pikiran mampu menyusunnya menjadi sebuah eksistensi tanpa batas. Cogito Ergo Sum lah jawaban dari pertanyaan mengapa kita mencerna suara gadis yang terdengar di gelombang radio menjadi sosok ideal gadis impian yang kita inginkan, rangkaian teks dan icon menjadi personifikasi suara dan ekspresi wajah orang yang kita rindukan.

Lalu ketika ide itu digantikan oleh webcam, headphone, dan microphone dengan teknologi chatting terkini , pikiran tetap menyusun dan mencernanya menjadi imajinasi tentang tempat, waktu dan sentuhan yang tidak akan mungkin kita dapatkan di realita. Karena tempat mempunyai genius loci yang khas tak tergantikan, sehingga se-realistis apa pun citra yang tercipta tetap menjadi sebuah ilusi yang maya. Lalu waktu yang selalu dinamis tak terkejar oleh laju lari data – data sepanjang jaringan komunikasi, sehingga semua selalu menjadi masa lalu dan secara mutlak tidak aktual. Dan yang paling utama, sentuhan yang merupakan wujud paling purba dari komunikasi (baca : bicara), tak akan pernah tergantikan oleh teknologi atau imajinasi apapun. Karena sosok adalah inti.

Maka, mari bicara (baca : bertatap muka, berkarya bersama, ngebrik di udara, chatting di alam maya, berbagi media, menulis – baca, dan seterusnya..dan seterusnya..dan seterusnya..). Karena dengan bicara sosok-sosok akan mengisi ide yang kita bangun bersama.


Rendy Aditya (ren_desain@yahoo.co.id)

Saat ini memilih tulisan dan seni bina untuk bicara, berdomisili di kota kreatif Indonesia .

Sangat ketergantungan pada webcam, headphone, dan microphone

untuk memenuhi kerinduannya akan sang kekasih yang berpisah lautan dan batas wilayah negara



with permission from the Author

1 comment:

  1. Kekuatan pikiran memang bisa melampaui keterbatasan yang ada.

    ReplyDelete